Fake Intimacy

Salam, Pengunjung,

Intimasi palsu paling terasa pada dua waktu. Pada saat kita sukses atau pada saat kita gagal. Intimasi yang kumaksud bukan dalam bentuk percintaan pasangan, tapi lebih kepada kedekatan hubungan sosial. Lingkungan sosial yang mendekat dan menjauh menunjukkan kualitas diri yang sesungguhnya.

Seperti apakah saya menggambarkan kedua waktu tersebut?
Sukses, bila di kelilingi orang - orang sukses di sekitar kita, sudah biasa.  Karena bila kita ingin wangi, bergaullah dengan tukang parfum, katanya. Gagal, bila di kelilingi orang - orang sukses di sekitar kita, maka akan menjadi sesuatu yang di luar batas biasa. Karena para tukang parfum, jarang menjual parfumnya ke sesama pedagang.

Definisi sukses dan gagal itupun kadang beriringan.
Aku mengambil contoh, Raditya Dika. Apakah Raditya Dika seseorang yang sukses?
Ya, tentu saja. Terbukti dari akun media sosialnya banyak pengikutnya, banyak pendapatan komersilnya dan banyak ragamnya. Ini semua diperoleh dengan dedikasi, komitmen, kerja keras dan faktor kegagalan.

Kenapa kusebutkan juga faktor kegagalan? Karena Radit lama jomblonya.
Karena waktu yang lebih leluasa, memungkinkan menggali potensi diri yang tersembunyi.
Passion yang di jalani menjadi pundi-pundi rupiah. Sukses di karir, namun lambat dalam membina rumah tangga. Hahaha. (Ngetawain orang enak, padahal.. aku mah apah atuh..)


Kembali ke topik utama, fake intimacy, dengan status ODS-ku, hal ini terasa (banget).

Dahulu kala, jaman sekolah - kuliah - kerja - 2010, terasa hidup ini terasa dan terisi dengan relasi yang kuat dengan teman-teman sekitar. Setelah mengalami gelombang emosi jiwa untuk pertama kalinya, masih ada beberapa teman yang tetap menjalin komunikasi. Jumlahnya menurun drastis. Dari yang biasanya berkomunikasi 2-3 kali per minggu, menjadi 2-3 kali per tahun. Dan yang tadinya 1-2 kali per tahun, menjadi 1-2 kali dalam 7 tahun terakhir. Bisa di hitung persentasenya. 144 kali menjadi 2 kali. Hilang 98,61% aktifitas komunikasi. Ga tanggung-tanggung.
Bisakah kalian bayangkan dunia hingar bingar menjadi sunyi dengan suara yang menyapa?
Untuk menyapa duluan, sangat berat. Apalagi beberapa teman dekat yang kusapa, suara mereka tidak lagi sama.

TUHAN menunjukkan kuasa-Nya. Mengeliminasi "fake people in their tiny world", lenyap dari kehidupanku. Menggantinya perlahan dengan waktu yang kuhabiskan untuk berkomunikasi dengan (almarhumah) mamah. Betapa bahagia dan hancurnya hati ini, dapat berdua-an, sharing yang sesungguhnya, dalam berbagai keterbatasan. Lucu juga kalau di ingat-ingat, saat-saat terakhir bersama (almarhumah) mamah. Mungkin kelak akan ku-share tentang aku menyiapkan cairan infus atau tentang berjalan kaki puluhan KM demi sebatang rokok. Hahaha.

Pada saat ini, terus terang, aku juga masih menggunakan FI, ala kadarnya, berusaha kukurangi. Saya rasa, orang Indonesia pada umumnya juga menggunakan FI, terutama mereka yang tidak punya kuasa atas sumber daya. Entahlah, apakah ini sesuatu yang akan tergerus dengan kemajuan jaman atau sebaliknya. Pesanku, FI bila tidak digunakan dengan bijak akan membawamu menjadi orang yang lebih buruk dari orang yang tidak memiliki Tuhan, dan ini dapat menyebabkan keterpurukan didunia, terlebih, diakhirat.

Soal FI lainnya... Semoga punya motor FI tahun ini, aamin.

Comments

Popular Posts